Peti mati, dalam beberapa budaya, berfungsi sebagai representasi status sosial atau kemampuan ekonomi keluarga yang meninggal. Bahan, desain, dan harga peti mati dapat mencerminkan posisi almarhum/ah dalam masyarakat. Ini adalah aspek budaya yang mendalam dalam tata cara penguburan, di mana simbolisme visual berperan penting dalam menyampaikan pesan tentang identitas dan kedudukan seseorang, bahkan setelah meninggal dunia.
Fungsi ini seringkali terlihat pada penggunaan material mewah. Peti mati yang terbuat dari kayu langka, berukiran detail, atau dihiasi dengan logam mulia, menjadi representasi status yang tinggi. Hal ini kontras dengan peti mati sederhana yang mungkin terbuat dari bahan yang lebih umum, menunjukkan adanya stratifikasi dalam praktik pemakaman berdasarkan latar belakang ekonomi keluarga.
Meskipun fungsi utama peti mati adalah transportasi yang efisien dan melindungi jenazah, dimensi sosial ini menambah lapisan makna. Keluarga mungkin memilih peti mati yang mahal sebagai bentuk penghormatan terakhir yang tertinggi, atau untuk menunjukkan kemakmuran yang dimiliki almarhum/ah selama hidupnya. Ini adalah bagian dari mengikuti tata krama sosial yang berlaku di budaya tersebut.
Aspek representasi status ini juga dapat dilihat pada ukuran dan ornamen peti mati. Beberapa peti mungkin memiliki desain yang sangat rumit atau dihiasi dengan simbol-simbol tertentu yang menandakan kekayaan atau garis keturunan. Semua ini bertujuan untuk secara visual membedakan jenazah dan keluarganya dari yang lain dalam komunitas.
Dalam banyak budaya, persiapan prosesi pemakaman, termasuk pemilihan peti mati, adalah kesempatan bagi keluarga untuk menampilkan rasa duka dan juga nilai-nilai yang mereka pegang. Pemilihan peti mati sebagai media untuk kremasi atau penguburan dapat menjadi pernyataan tentang bagaimana keluarga ingin almarhum/ah dikenang di mata masyarakat.
Penting untuk dicatat bahwa dalam Islam, representasi status melalui kemewahan peti mati tidak dianjurkan. Kesederhanaan dalam kain kafan dan penguburan langsung ke tanah lebih ditekankan sebagai bentuk kerendahan hati dan kesetaraan di hadapan Allah. Namun, dalam konteks budaya yang berbeda, aspek ini seringkali menjadi praktik yang umum.
Meskipun peti mati berfungsi menjaga kehormatan dan higiene dan sanitasi jenazah, dimensi sosial ini menunjukkan bagaimana faktor budaya dapat memengaruhi praktik pemakaman. Identifikasi jenazah melalui peti mati juga bisa diperkuat oleh simbol-simbol status ini, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang individu yang meninggal.
Singkatnya, dalam beberapa budaya, peti mati adalah representasi status sosial dan ekonomi keluarga, tercermin dari bahan dan desainnya. Ini bukan hanya untuk transportasi dan melindungi jenazah, melainkan juga untuk membedakan jenazah dan mengikuti tata krama sosial. Meskipun berbeda dengan tata cara penguburan Islam, aspek ini menjadi bagian dari persiapan prosesi dan media untuk kremasi atau penguburan di banyak masyarakat.
