Menyikapi Misteri: Perspektif Psikologi dan Sosiologi Terhadap Kepercayaan Pesugihan

Kepercayaan terhadap pesugihan, praktik mencari kekayaan melalui perjanjian gaib, adalah fenomena sosial-budaya yang bertahan di Indonesia. Untuk memahami mengapa praktik ini tetap eksis di tengah modernitas, kita perlu Menyikapi Misteri ini melalui kacamata ilmu pengetahuan. Pendekatan psikologis dan sosiologis menawarkan kerangka kerja yang rasional untuk menganalisis akar, motivasi, dan fungsi sosial dari keyakinan yang unik ini.

Dari perspektif psikologi, kepercayaan pesugihan seringkali berakar pada mekanisme pertahanan diri terhadap tekanan ekonomi. Ketika individu merasa putus asa atau tidak mampu mencapai kekayaan melalui jalur konvensional, mereka mencari solusi instan. Keyakinan ini memberikan rasa kontrol palsu atas nasib. Menyikapi Misteri ini sebagai manifestasi kecemasan adalah kunci analisis psikologis.

Pesugihan juga dapat dilihat sebagai cara bagi individu untuk mengatasi ketidakpastian. Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, praktik spiritual yang menawarkan jaminan kekayaan (meskipun dengan harga yang mengerikan) dapat memberikan harapan. Hal ini memenuhi kebutuhan psikologis mendasar akan kepastian dan kontrol dalam hidup mereka yang berada di ujung tanduk.

Secara sosiologis, pesugihan berfungsi sebagai alat kontrol sosial. Tuduhan terhadap seseorang yang melakukan pesugihan seringkali ditujukan kepada individu yang mendadak kaya. Menyikapi Misteri ini, sosiolog melihatnya sebagai mekanisme masyarakat untuk menjelaskan disparitas kekayaan yang ekstrem. Ini adalah cara masyarakat menghukum moral mereka yang dianggap rakus dan melanggar norma sosial.

Selain itu, kepercayaan pesugihan memperkuat ikatan sosial dalam kelompok tertentu. Berbagi cerita dan peringatan tentang bahaya praktik terlarang ini berfungsi untuk menegaskan kembali nilai-nilai moral kolektif dan membatasi perilaku menyimpang. Mitos menjadi pelajaran etika yang dikemas dalam bentuk cerita seram.

Menyikapi Misteri pesugihan dari sudut pandang sosiologi juga mengungkap peran dukun atau mediator gaib. Sosok ini bertindak sebagai perantara, mengesahkan praktik pesugihan dan memberikan legitimasi ritualnya. Keberadaan mediator ini menunjukkan adanya jaringan sosial dan ekonomi bawah tanah yang beroperasi di luar struktur formal masyarakat.

Penting untuk memisahkan praktik ini dari aspek spiritualitas positif. Pesugihan adalah penyimpangan yang mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi keuntungan material. Ilmu pengetahuan hadir bukan untuk menghakimi kepercayaan, melainkan untuk memahami konteks sosial dan pemicu psikologis yang mendorong individu memilih jalan gelap ini.

Pada akhirnya, studi tentang pesugihan menunjukkan bahwa kemajuan teknologi tidak selalu menghilangkan mitos. Selama masih ada ketidakadilan dan ketidakpastian ekonomi, Menyikapi Misteri pesugihan akan terus relevan. Memahami akar masalah sosial-ekonomi adalah langkah nyata untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada solusi-solusi yang menyesatkan dan merusak ini.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org