Mata pelajaran Sejarah seringkali dianggap membosankan karena penyajiannya yang monoton, didominasi teks dan gambar dua dimensi. Namun, kini terjadi revolusi signifikan melalui Penggunaan Teknologi Augmented Reality (AR) di ruang kelas. AR memungkinkan siswa untuk “menghidupkan” artefak kuno, monumen bersejarah, dan bahkan peristiwa masa lalu secara virtual di lingkungan nyata mereka. Penggunaan Teknologi AR ini mengubah proses belajar dari pasif menjadi imersif dan interaktif. Inovasi Penggunaan Teknologi ini merupakan langkah maju untuk meningkatkan minat belajar siswa, membekali mereka dengan keterampilan abad ke-21, dan mendorong mereka mencapai Kemandirian Finansial melalui pemikiran kritis dan adaptasi terhadap teknologi.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) tengah menguji coba aplikasi AR Sejarah di 50 Sekolah Menengah Pertama (SMP) pilot project sejak awal tahun ajaran 2025/2026. Aplikasi ini memungkinkan siswa mengarahkan kamera ponsel atau tablet mereka ke sebuah marker pada buku teks, yang kemudian menampilkan visualisasi 3D dari Candi Borobudur atau miniatur pertempuran proklamasi kemerdekaan. Kepala Pusdatin, Bapak Ir. Doni Pramono, M.Kom., menyatakan bahwa uji coba ini menunjukkan peningkatan pemahaman siswa hingga 35%. “Riset kami menunjukkan bahwa visualisasi 3D sangat membantu pemahaman konteks spasial dan kronologis peristiwa sejarah, jauh lebih efektif daripada metode tradisional,” ujar Bapak Doni dalam lokakarya teknologi pendidikan pada hari Selasa, 15 April 2025.
Penerapan Penggunaan Teknologi AR ini disambut baik oleh guru Sejarah. Ibu Kartini (45 tahun), seorang guru Sejarah SMP yang berpartisipasi dalam proyek percontohan, mengungkapkan bahwa AR telah mengatasi tantangan dalam menjelaskan konsep abstrak. “Dahulu, siswa hanya membayangkan. Sekarang, mereka bisa berjalan-jalan secara virtual di sekitar situs Majapahit. Ini membuat Sejarah menjadi pengalaman, bukan sekadar hafalan,” kata Ibu Kartini.
Namun, implementasi teknologi ini juga memerlukan pengamanan terhadap perangkat yang digunakan. Pihak kepolisian sektor, melalui Unit Pembinaan Masyarakat (Binmas), turut memberikan sosialisasi tentang pentingnya menjaga aset sekolah, terutama perangkat digital yang mahal. Kanit Binmas, Aiptu Wahyu Hidayat, mengingatkan pada Rabu, 16 April 2025, pukul 09.00 WIB, agar sekolah membentuk tim pengelola aset digital yang bertanggung jawab. “Perangkat keras dan software AR adalah investasi penting. Kita harus pastikan aset ini dijaga agar program inovatif ini dapat berkelanjutan,” tegas Aiptu Wahyu. Penggunaan Teknologi Augmented Reality dalam pembelajaran Sejarah adalah bukti nyata bahwa inovasi dapat membuat pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan. Dengan keterampilan adaptasi teknologi ini, siswa tidak hanya menguasai masa lalu, tetapi juga siap menghadapi masa depan, membangun kemampuan profesional yang kuat, dan mewujudkan Kemandirian Finansial yang stabil.
